Koneksi Antar Materi - Filosofi Pendidikan
Nama : Dicky Ferdy
NIM : 2305047530
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan
Koneksi Antar Materi
Pada tahap ini, Mahasiswa meninjau ulang keseluruhan materi dari ‘Mulai dari Diri’ hingga ‘Elaborasi Pemahaman’ untuk membuat ‘Koneksi Antar Materi’ sebagai kesimpulan penguasaan materi ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’ dengan uraian tugas sebagai berikut:
Mulai dari Diri
Saya Dicky Ferdy Alumni Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2018 Universitas Mulawarman, saya lulus tahun 2022 dan saat ini saya merupakan salah satu mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2023 di Universitas Mulawarman (UNMUL). Alasan mendalam saya mengikuti PPG ini dikarenakan salah satu tujuan saya untuk menjadi seorang guru yang professional serta menjadi individu yang bermanfaat bagi orang lain. Yang saya lakukan untuk bisa menjadi guru yang berpihak pada pesertadidik yaitu dengan melakukan sebuah pendekatan, dengan cara membuat mereka lebih nyaman dan dekat dengan kehadiran saya, dengan cara itu saya bisa lebih mengenal karakter pada anak didik saya, sesuai dengan kebutuhan, minat serta kemampuannya. Ketika sudah melakukan pendekatan, maka saya dapat menciptakan sebuah lingkungan yang aman dan nyaman, sehingga peserta didik dapat merasa nyaman untuk bertanya dan berbagi pemikiran tanpa menyinggung mereka.
Eksplorasi Konsep
Setelah saya membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara dan melihat video Pendidikan Zaman Kolonial maka bisa dilihat bahwa sejarah suatu bangsa tidak terlepas dari sejarah pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dalam pidato Ki Hadjar Dewantara pengukuhan guru besarnya menyatakan bahwa pendidikan merupakan tempat segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat. Benih tersebut merupakan harapan bagi masa depan bangsa, oleh karena itu segala unsur unsur tersebut harus di jaga untuk menjadi suatu pohon kebudayaan yang kokoh. Pendirian sekolah di Indonesia pada jaman kolonial Belanda tahun 1854 yang dibangun beberapa bupati di kabupatennya dengan tujuan melatih dan mendidik para pribumi untuk dapat bekerja di perusahaan Belanda. Ki Hadjar Dewantara menganggap bahwa pendidikan kolonial tidak dapat menciptakan manusia yang merdeka karena hanya bergantung kepada kaum penjajah. Maka dari itu, pada tahun 1922 lahirlah Taman Siswa yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara, paradigm pendidikan mulai berkembang. Hal ini ditandai dengan mulai bebasnya warga pribumi untuk dapat merasakan pendidikan tanpa adanya diskriminasi serta pemanfaatan lulusan untuk kepentingan Belanda. Ki Hadjar Dewantara juga menciptakan 3 semboyan yang menjadi dasar filosofi pendidikan di Indonesia, yaitu "ing ngarso sung tuladha", "ing madya mangun karso", "tut wuri handayani". Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan Indonesia berupaya membangun pendidikan untuk Indonesia dengan konsep konsep, landasan, semboyan dan metode yang menampilkan kekhasan budaya Indonesia. Saat Ki Hadjar Dewantara menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, pendidikan di sekolah bukan hanya menjadikan manusia yang mampu menguasai sesuatu, tetapi juga manusia yang berkebudayaan dan berkepribadian Indonesia. Pendidikan di Indonesia setelah merdeka berupaya untuk menghilangkan paham pendidikan Kolonial, yang mana pembelajaran di sekolah dilaksanakan dengan menambah berbagai budaya bangsa Indonesia.
Ruang Kolaborasi
Pada ruang kolaborasi kami membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang untuk mendiskusikan 3 pertanyaan, dan hasil diskusinya adalah Praktik pendidikan yang membelenggu kemerdekaan peserta didik apabila dilihat dari sebelum kemerdekaan adalah pada saat sebelum kemerdekaan, pendidikan hanya diberikan untuk kaum bangsawan sedangkan rakyat Indonesia hanya diberikan pendidikan dalam menulis, membaca dan berhitung seadanya. Kaum bangsawan yang mendapatkan pendidikan akan mengajarkan kembali ilmunya kepada rakyat hindia Belanda, pendidikan hanya cenderung untuk meniru pembelajaran barat yang lebih mengutamakan intelektual dan bersifat individualism. Sedangkan dilihat dari sesudah kemerdekaan adalah semua rakyat Indonesia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan namun seperti yang kita lihat saat ini, kualitas pendidikan di Indonesia belum merata dengan baik. Hal ini dapat ditandai dengan adanya ketimpangan pendidikan di pedalaman dan di perkotaan, sarana prasarana, fasilitas, akses dan kualitas tenaga pendidikan nya menjadi faktor ketidakmerataannya pendidikan di Indonesia. Model Pendidikan saat ini yang dapat melepaskan belenggu pada peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dimana dalam proses pembelajarannya memberikan kesempatan kepada mereka untuk aktif dan kreatif sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Implementasi nya dapat dilihat pada kurikulum Merdeka dimana pembelajaran intrakulikulernya yang beragam dengan konten yang lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum Merdeka diharapkan dapat menjadi jalan dalam membangun Pendidikan yang memerdekakan dimana peserta didik belajar dengan antusias, ceria sesuai dengan minat dan bakatnya di tengah suasana pembelajaran di sekolah yang selama ini monoton dan kurang menarik bagi peserta didik. Maka, kurikulum Merdeka hadir dengan menawarkan keleluasaan dan fleksibilitas. Model Pendidikan yang saya tawarkan dalam melepaskan belenggu peserta didik misalnya pada model problem based learning dan project based learning. Pada model pbl atau problem based learning, merupakan model yang diterapkan dalam kurikulum merdeka karena model ini berbasis pada pemberian tantangan atau permasalahan nyata kepada peserta didik. Model pbl dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, serta berkolaborasi dengan teman-teman sekelasnya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Kemudian pada model pjbl atau project based learning, model ini dibangun diatas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok. Penerapan kedua model ini dengan berpusat pada peserta didik sehingga dapat memerdekakan peserta didik dalam proses pembelajarannya.
Demonstrasi Kontekstual
Pada demonstrasi kontekstual diminta untuk membuat Perjalanan Pendidikan Nasional, dan pada tahapan ini saya membuat visualisasi gambar Perjalanan Pendidikan Nasional menggunakan media Infografi
Elaborasi Pemahaman
Pada elaborasi pemahaman mempresentasikan langkah awal melepaskan "belenggu" pada pendidikan Indonesia dalam upaya memerdekakan peserta didik, mengapa perlu melepaskan diri dari "belenggu" praktik pendidikan yang belum memerdekakan peserta didik, dan bagaimana melepaskan diri dari "belenggu" tersebut.
Komentar
Posting Komentar